Periode ke-3
Pada tahap ini, sejarah kebudayaan umat manusia mengalami perubahan yang mendasar, karena pada tahap yang oleh Jaspers disebut sebagai Zaman Poros (Achsenzeit) ini, di beberapa belahan dunia berkembang taraf peradaban dan kebudayaan tinggi yang berdampak pada jalannya sejarah. Dinamika sejarah bangsa-bangsa yang terlibat dalam poros ini mempengaruhi bentuk peradaban kemanusiaan selanjutnya. Tesis Jaspers bertolak dari pendapat bahwa dalam perkembangan sejarah manusia, Zaman Poros menjadi titik sentral yang menjadikan sejarah umat manusia mendapatkan bentuk seperti yang kita alami sekarang ini. Yang sangat penting dalam periode ke-3 adalah peletakan dasar- dasar rohani dan intelektualitas yang sudah demikian maju dengan tingkat kearifan yang tinggi hingga nilai-nilai yang diwakilinya masih menjadi dasar berpikir dan ditimba hingga kini. Yang termasuk dalam kelompok bangsa- bangsa Poros ini adalah bangsa-bangsa yang mampu melepaskan diri dari kontinuitas sejarah masa lalunya dan mampu melahirkan dirinya kembali (Jasper: Wiedergeburt): Cina, India, Iran, Yahudi, dan Yunani. Berbagai kesadaran baru hasil dari kematangan jiwa dan daya pikir menjadi dasar dari lahirnya agama-agama besar yang kemudian menjadi dasar peradaban manusia. Sebagai inti dari kebudayaan besar pada Zaman Poros adalah agama Nasrani di kebudayaan Barat (Abendland), Agama Hindu dan Budha di India, dan Agama Islam di Timur Tengah, serta kepercayaan Confusius di Cina.
Teori tentang Zaman Poros ini diperkuat oleh buku Lasaux (Neue Versuch einer Philosophie der Geschichte, Miinchen 1856) yang menyatakan hampir tidak mungkin bahwa semua hanya serba kebetulan, di mana pada waktu yang bersamaan, 600 tahun sebelum Kristus, di Persia, lahir Zarathustra, di India lahir Budha-Gauthama, di Cina lahir Confusius, di Palestina lahir para peletak dasar monotheisme, di Romawi lahir Raja Numa, dan di Yunani lahir filsuf-fllsuf pertama, yaitu loner, Dorier, dan Eleaten sebagai reformator ajaran- ajaran agama pada waktu itu. Pada Zaman Poros seolah-olah terdapat energi yang sangat besar pada dinamika kebudayaan dan peradaban manusianya yang memungkinkan arah perkembangan sejarah berikutnya mencapai dimensi lain bila dibandingkan dengan bentuk sejarah kemanusiaan sebelumnya.
Selanjutnya, Jaspers mengatakan bahwa pada Zaman Poros ini lahir filsuf-fllsuf di dunia, hal yang menurutnya belum pernah terjadi. Di Cina lahir Konfuzius (Confucius, Kong Hu Cu) dan Lao Tse serta tumbuh berbagai aliran filsafat yang diwakili oleh tokoh-tokoh filsuf, seperti Mo-Ti, Tschuang-Tse, Lie Tse, dll. Di India berkembang aliran Upanishad serta lahirnya Budha Gautama, di Iran lahir Zarathustra yang mengajarkan filsafat tentang hidup yang harus memilih antara yang “baik” dan yang “buruk”, di Palestina lahir para filsuf besar, seperti Elias, Jesaias, dan Jeremias, di Yunani yang sampai kini dianggap tempat lahirnya filsuf-fllsuf dunia, terdapat sastrawan Homer dan filsuf-fllsuf besar, seperti Parmenides, Heraklit, dan Plato.
Dalam beberapa ratus tahun saja bermunculan pemikir-pemikir besar dari tempat-tempat yang berbeda, di mana antara yang satu dengan lainnya tidak saling mengetahui. Dipelopori oleh para filsuf besar tadi, manusia dibawa pada kesadaran baru akan kehadirannya, kesadaran akan jangkauan kemampuannya, dan mengetahui keterbatasannya. Manusia mulai mempertanyakan hakikat eksistensinya, dan dengan kemampuan akal budinya mencoba mencari jawaban dan memahami dunia riil dan alam transendensi.
Abad mistik (mythische Zeitalter) lambat laun berakhir. Mulailah pertarungan antara rasionalitas dan mitos, antara logos melawan mythos. Antara kepercayaan absolut dan buta melawan pengalaman subjektif yang dapat diurai secara rasional dan diterima akal.
Seperti diuraikan di atas, nilai-nilai etika yang diletakkan pada Zaman Poros ini masih berlaku dan menjadi dasar tatanan hidup manusia hingga kini.
Semenjak Zaman Poros sampai pada terobosan sejarah tahap berikutnya diperlukan waktu 2000 tahun. Laju dan tingkat kebudayaan di berbagai belahan dunia berbeda-beda, dengan sebab-sebab yang berlainan. Di berbagai bagian dunia terjadi konsolidasi sejarah, ada yang berkembang dalam bentuk lain, ada yang statis atau hilang atau bahkan hancur sama sekali.
Bersambung
Bersambung
Belum ada tanggapan untuk "Teori Zaman Poros ke Zaman Kebudayaan Sains Teknologi part 3"
Post a Comment