SEKOLAH 'KNOWING' vs SEKOLAH 'BEING’

Suatu hari seorang pegawai perusahaan di Jakarta kedatangan seorang tamu dari Inggris, dan seperti biasa setelah tugas-tugas utama selesai, Bule itu selalu menawarkan dan mengajak rekannya untuk berjalan-jalan melihat-lihat keindahan objek-objek wisata kota Jakarta dan sekitarnya.

Pada saat bule ingin menyeberang jalan, bule  selalu berusaha utk mencari zebra cross. Berbeda dgn orang dinegeri ini kebanyakan, dgn mudah menyeberang di mana saja sesukanya.

Bule itu tetap tdk terpengaruh oleh situasi. Dia terus mencari zebra cross ataupun jembatan penyeberangan, setiap kali akan menyeberang. Padahal di Indonesia tidak setiap jalan dilengkapi dgn sarana seperti itu.

Yg lebhi memalukan, meskipun sdh ada zebra cross tetap saja para pengemudi tetap tancap gas, tidak mau mengurangi kecepatan guna memberi kesempatan pada para penyeberang. Bule cuman bisa geleng2 kepala mengetahui perilaku masyarakat kita.

Akhirnya rekan kerja pribumi coba menanyakan pandangan Bule mengenai fenomena menyeberang jalan tadi.

Pribumi bertanya: mengapa orang2 di negara ini menyeberang tidak pada tempatnya, meskipun mereka tahu bahwa zebra cross itu adalah sarana utk menyeberang jalan. Sementara kenapa dia selalu konsisten mencari zebra cross meskipun tidak semua jalan di negara kami dilengkapi dgn sarana tsb.

Pelan2 dia menjawab pertanyaan saya, " semua ini terjadi penyebabnya adalah karena sistem pendidikan, katanya.
."


Rekan Pribumi kaget juga  mendengar jawabannya. Apa hubungannya menyeberang jalan sembarangan dgn sistem pendidikan?

Dia melanjutkan penjelasannya,
"Di dunia ini ada 2 jenis sistem pendidikan, yang pertama adalah sistem pendidikan yg hanya menjadikan anak2 kita menjadi mahluk 'Knowing' atau sekedar tahu saja, sedangkan yg kedua sistem pendidikan yg mencetak anak2 menjadi mahluk 'Being'.

Apa maksudnya?

Maksudnya, sekolah hanya bisa mengajarkan banyak hal utk diketahui para siswa. Sekolah tidak mampu membuat siswa mau melakukan apa yg diketahui sebagai bagian dr kehidupannya.

Anak2 tumbuh hanya menjadi 'Mahluk Knowing', hanya sekedar 'mengetahui' bahwa:
- zebra cross adalah tempat menyeberang,
- tempat sampah adalah utk menaruh sampah.

Tapi mereka tetap menyeberang dan membuang sampah sembarangan.

Di negeri ini masih banyak anak2, pemuda2 bahkan orang dewasa yang buang sampah sembarangan dan mengebrang sembarangan, memakai helm karna takut ditilang polisi padahal untuk keamanan otaknya sendiri dan masih banyak kesalahan2 lainnya.

Sekolah semacam ini biasanya mengajarkan banyak sekali mata pelajaran. Tak jarang membuat para siswanya stress, malas-malasan & akhirnya mogok sekolah. Segala macam diajarkan dan banyak hal yg diujikan, tetapi tak satupun dr siswa yang menerapkannya setelah ujian. Ujiannya pun hanya sekedar tahu, 'Knowing' dan Uji Penengetahuan.

Di negara kami, sistem pendidikan benar2 diarahkan utk mencetak manusia2 yg 'tidak hanya TAHU apa yg benar tetapi MAU melakukan apa yg benar sebagai bagian dr kehidupannya'.

Di negara kami, anak2 hanya diajarkan 3 mata pelajaran pokok:
1. Basic Sains
2. Basic Art
3. Social

Dikembangkan melalui praktek langsung dan studi kasus dan dibandingkan dgn kejadian nyata di seputar kehidupan mereka.

Mereka tidak hanya TAHU, mereka juga MAU menerapkan ilmu yg diketahui dlm keseharian hidupnya. Anak2 ini jg tahu persis alasan mengapa mereka mau atau tidak mau melakukan sesuatu.

Cara ini mulai diajarkan pd anak sejak usia mereka masih sangat dini agar terbentuk sebuah kebiasaan yg kelak akan membentuk mereka menjadi mahluk 'Being', yakni manusia2 yg melakukan apa yg mereka tahu benar."

Apakah tempat anak-anak kita bersekolah telah menerapkan sistem pendidikan dan kurikulum yang akan menjadikan anak-anak kita untuk menjadi mahluk “Being” atau hanya sekedar "Knowing".

Betapa sekolah begitu memegang peran yg sangat penting bagi pembentukan perilaku & mental anak2 bangsa. Tidak hanya sekadar berfungsi sebagai lembaga sertifikasi yg hanya mampu memberi ijazah kepada para anak bangsa.
Karakter, perilaku dan kejujuran adalah landasan untuk membangun anak didik  yang lebih beradab dalam berperilaku, Bukan sekadar angka-angka akademik seperti yang tertera di buku-buku raport sekolah ataupun Indeks Prestasi IPK.
Kejujuran dan etika moral adalah prioritas utama, sedangkan kepintaran itu kita kembangkan kemudian,  karena setiap anak terlahir pintar dan pendidikan itu sendiri adalah perkembangannya.

Oleh sebab itu ,Seyogyanya, kita  tidak perlu terlalu risau jika seorang anak belum bisa (baca tulis hitung)  saat masuk SD atau bahkan setelah sekolah SD sekalipun, Tapi mestinya  harus peduli jika sorang anak tidak jujur dan beretika buruk.

Kini konsep pendidikan menurut Unesco mengajak pendidikan sampai jenjang ke 4 yakni to know, to be, to do and to live together. Tanggung jawab pendidikan ada di tiga unsur yakni  keluarga,  sekolah dan instansi pemerintah lalu masyarakat. Kalau ketiganya tidak sinergi maka anak menjadi bingung. Yang penting, pola asuh dan pendidikan  utama dalam keluarga sebagai dasar utama.

Pendidikan itu bukan persiapan utk hidup, karena  pendidikan adalah kehidupan itu sendiri.

Referensi:
http://www.kompasiana.com/

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "SEKOLAH 'KNOWING' vs SEKOLAH 'BEING’"

Post a Comment