AL-QUR’AN DITURUNKAN BUKAN HANYA UNTUK DIBACA DAN BUKAN HANYA UNTUK DIHAFAL

islamic_wallpapers_158
Jaman sakarang tidak sedikit yang hanya membaca dan menghafal saja Al-Quran, Tapi tidak sampai memahami dan menjalankannya. 

Al-Qur’an Allah turunkan kepada Nabi Muhammad untuk diajarkan kepada umat manusia bukan hanya supaya umat manusia bisa membaca huruf-hurufnya. Akan tetapi lebih dari itu Al-Qur’an diturunkan supaya dipelajari isinya kemudian diamalkan;

Ayat-ayat yang berkenaan dengan khabar-khabar dibenarkan tanpa ragu sedikitpun. Ayat-ayat yang berkenaan dengan larangan-larangan diimani kemudian larangan yang disebutkan ditinggalkan. Begitu juga ayat-ayat yang berkenaan dengan perintah-perintah diimani kemudian perintah yang disebutkan dilaksanakan.
Diantara bukti yang menunjukkan bahwa Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca dan dihafal adalah firman Allah berikut ini,
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Al-‘Ankabut, 45]
Pada ayat ini Allah tidak hanya memerintah untuk membaca Al-Qur’an akan tetapi juga memerintah untuk mendirikan shalat.
Ini bukti yang paling jelas bahwa tugas kita sebagai muslim bukan hanya membaca huruf-huruf Al-Qur’an akan tetapi juga mempraktikkan isi Al-Qur’an. Dan shalat adalah salah satu perintah diantara banyak perintah yang ada di Al-Qur’an. Maka dari itu Allah memerintah untuk membaca Al-Qur’an sekaligus memerintah untuk shalat, sebagai salah satu contoh bentuk praktik (amal) terhadap isi Al-Qur’an.
Oleh karena itu ketika Allah memuji orang-orang yang pantas dipuji karena kebaikan mereka, Allah tidak menyebutkan bahwa mereka ini terpuji hanya karena membaca huruf-huruf Al-Qur’an akan tetapi Allah juga menyebutkan bahwa mereka yang berhak mendapatkan pujian ini selain membaca huruf-hurufnya juga mempraktikkan isi Al-Qur’an.
Diantara contohnya adalah firman Allah,
“Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang).” [Ali-‘Imran, 113]

Perhatikan dengan baik ternyata Allah tidak hanya menyebutkan bahwa mereka membaca ayat-ayat Allah akan tetapi juga menyebutkan bahwa mereka mempraktikkan ayat-ayat Allah yaitu dengan melakukan ibadah.
Begitu juga firman Allah,
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” [Faathir, 29]

Sekali lagi Allah tidak hanya menyebutkan ‘membaca kitab Allah’ akan tetapi juga menyebutkan bahwa mereka mendirikan shalat dan mengeluarkan shadaqah.
Sehingga tugas kita sebagai hamba yang dianugerahi karunia yang sangat besar seperti Al-Qur’an adalah menjadikannya pedoman hidup, mengimani apa yang dikhabarkan Allah, menjauhi semua yang dilarang Allah dan melaksanakan apa yang diperintah Allah sesuai kemampuan.
Celaan Bagi Yang Tidak Mempraktikkan Isi Al-Qur’an
Jika orang yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup terpuji di hadapan Allah maka orang yang tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup tercela di hadapan Nya.
Allah berfirman,
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” [Al-Jum’ah, 5]

Tentang ayat ini Imam Ibnu Katsir di dalam kitab tafsirnya berkata,
“Allah Ta’ala berfirman (melalui ayat ini) dalam rangka mencela orang-orang yahudi yang diberi kitab Taurat dan dipikulkan kepada mereka supaya diamalkan (dijadikan pedoman hidup), mereka justru tidak melaksanakan isi Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.

Permisalan mereka (yahudi) dalam hal ini adalah seperti keledai yang membawa ‘kitab-kitab tebal’ yaitu seperti keledai ketika membawa satu kitab dia tidak mengetahui apa yang ada di dalam kitab tersebut, dia hanya membawanya secara lahiriah, tidak mengetahui apa yang ada di atasnya.

Begitu juga mereka (yahudi) yang memikul kitab yang diberikan kepada mereka, mereka menghafal lafadz-lafadznya akan tetapi tidak memahaminya, dan tidak mempraktikkan isinya, bahkan mereka merubah makna ayat-ayat Taurat, menyelewengkannya, dan menggantinya, mereka ini keadaannya lebih jelek dari keledai; karena keledai tidak memilliki akal sama sekali (untuk memahami), sedangkan mereka (yahudi) mereka memiliki akal-akal akan tetapi tidak menggunakannya; olehkarena itu Allah berfirman di ayat yang lain,
“Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” [Al-A’raaf, 179]
Dan di sini (yaitu surat Al-Jum’ah) Allah berfirman,
“Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” [Al-Jum’ah, 5].”

Jika tidak ingin tercela seperti orang-orang yahudi jangan ikuti kesalahan mereka yaitu tidak menjadikan kitab suci yang Allah beri sebagai pedoman hidup.
Sehingga benarlah bahwa tugas seorang muslim terhadap Al-Qur’an adalah menjadikannya sebagai pedoman hidup, bukan hanya puas dengan membaca huruf-hurufnya atau hanya menghafal saja.
Membaca, Mempelajari Dan Mempraktikkan Isi Al-Qur’an
Jika sebelumnya kita membaca ayat-ayat Allah tentang hak Al-Qur’an yang bukan hanya untuk dibaca hurufnya, sekarang kita akan membaca satu sabda Nabi Muhammad yang mengisyaratkan akan hal itu;
Dari Buraidah beliau berkata, “Nabi bersabda,
“Siapa yang membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya serta mempraktekkannya; dipakaikan kepada kedua orang tuanya kelak di hari kiamat mahkota dari cahaya, sinarnya seperti cahaya matahari, dan dipakaikan untuk kedua orang tuanya dua jubbah yang dunia tidak bisa menyamainya. Lalu kedua orang tuanya itu berkata, ‘Karena apa kami diberi pakaian seperti ini?’ Maka dikatakan kepada keduanya, ‘Karena anak kalian menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup.’” [HR. Al-Hakim, beliau menilai hadist ini shahih sesuai dengan syarat Imam Muslim (At-Targhib Wat-Tarhib no. 2085)]

Nabi tidak hanya mengatakan ‘siapa yang membaca’, akan tetapi juga mengatakan ‘siapa yang mempelajari’ bahkan mengatakan ‘siapa yang mengamalkannya (mempraktikkannya)’. Ini adalah isyarat bahwa Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca huruf-hurufnya akan tetapi juga dipelajari isinya dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Akhlak Nabi Muhammad Adalah Al-Qur’an
Suatu ketika ‘Aisyah_salah satu istri Nabi Muhammad_ditanya tentang akhlak Nabi Muhammad, beliau tidak panjang lebar menjelaskan akhlak-akhlak mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, beliau hanya menjawab dengan jawaban yang singkat akan tetapi tandas dengan mengatakan,
“Akhlak Nabi Muhammad adalah Al-Qur’an.” [HR. Muslim]
Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna ‘Akhlak Nabi Muhammad Al-Qur’an’ adalah pelaksanaan atau praktik Nabi Muhammad terhadap isi Al-Qur’an baik melaksanakan perintah maupun meninggalkan larangan telah menjadi perangai beliau dan melekat pada diri beliau, setiap kali Al-Qur’an memerintah sesuatu beliau melaksanakannya dan setiap kali Al-Qur’an melarangan sesuatu beliau meninggalkannya. Selain akhlak-akhlak mulia yang telah terpatri pada diri Nabi Muhammad seperti pemberani, malu, dermawan, suka kemudahan dan tidak mempersulit serta semua akhlak-akhlak serta perangai-perangai yang mulia.
Dengan ini semakin jelas bahwa Al-Qur’an diturunkan bukan hanya untuk dibaca huruf-hurufnya atau dihafal ayat-ayatnya akan tetapi untuk dijadikan pedoman hidup yang menuntun kepada kebahagiaan di dunia maupun akherat dengan mengaplikasikan isi Al-Qur’an dalam kehidupan sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad.
Dan bukan berarti meremehkan upaya untuk membaca ayat-ayat Al-Qur’an sebanyak-banyaknya maupun menghafalnya, ini juga kita lakukan semampu kita mengingat besarnya keutamaan orang yang banyak membaca Al-Qur’an dan menghafalkannya.
Bahkan membaca maupun menghafal Al-Qur’an juga merupakn bentuk mengamalkan isi Al-Qur’an.
Yang salah adalah merasa puas dan cukup hanya membaca maupun menghafalnya tanpa menjadikannya pedoman hidup.
Betapa banyak seorang ayah yang membaca Al-Qur’an tidak berupaya menyelamatkan keluarganya dari api neraka padahal di dalam Al-Qur’an ada perintah untuk itu.
Betapa banyak seorang anak yang membaca Al-Qur’an tidak berbakti kepada orang tuanya padahal di dalam Al-Qur’an yang dia baca ada perintah untuk itu.
Betapa banyak laki-laki maupun wanita yang membaca bahkan menghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an yang tidak menjaga pandangan mereka, tidak menjaga pergaulan mereka dan tidak menjaga kehormatan mereka padahal di dalam Al-Qur’an yang mereka baca dan hafal bertolak belakang dengan apa yang mereka lakukan.
Betapa banyak kaum muslimin yang membaca Al-Qur’an yang mempraktikkan riba padahal di dalam Al-Qur’an yang mereka baca ada larangan tegas dari perbuatan ini.
Dan betapa banyak kaum muslimin yang berbuat kesyirikan padahal di dalam Al-Qur’an yang mereka baca ada larangan dari perbuatan syirik, bahkan perintah sekaligus larangan yang pertama di dalam Al-Qur’an adalah perintah untuk hanya beribadah kepada Allah dan larangan dari perbuatan syirik, yaitu beribadah kepada selain Allah apapun bentuknya.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "AL-QUR’AN DITURUNKAN BUKAN HANYA UNTUK DIBACA DAN BUKAN HANYA UNTUK DIHAFAL "

Post a Comment