Teori Zaman Poros ke Zaman Kebudayaan Sains Teknologi 2


Peradaban tinggi tersebut adalah Barat (Abendland), Byzanz, Islam, India, dan Cina. Pengaruh cara berpikir Yunani sangat menentukan arah kebudayaan Barat (Abendland). Filsuf-filsuf dunia dari Yunani melahirkan ajaran dan metodologi berpikir yang beberapa ratus tahun kemudian menjadi landasan “kebudayaan ilmu pengetahuan” yang mem- pengaruhi seluruh dunia. Dampak pemikiran besar yang tercetus pada Zaman Poros ini masih menjadi prinsip etika cara berpikir manusia masa kini. Pada periode ini terbentuk berbagai kategori pemikiran yang masih berlaku hingga sekarang. Setelah Zaman Poros baru datang masa kebudayaan yang berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pertanyaan Jaspers: Apakah kebudayaan ilmu dan teknologi masa ini dapat menjadi landasan kebudayaan dunia yang baru dan akan menjadi Zaman Poros yang ke-2 ?
Selama 5000 tahun, sejarah kebudayaan manusia selalu bersifat lokal. Dengan kebudayaan yang bertumpu pada ilmu pengetahuan dan teknologi, yang sifat dasarnya adalah pencarian kebenaran universal, kemungkinan sejarah kebudaya­an yang bersifat global akan berkembang di masa yang akan datang (lihat Gambar 1.1).
Periode ke-1
Menurut tesis Jaspers, sejarah kemanusiaan dimulai dari asal-usul manusia yang satu (Der eine Ursprung der Menscheit). Untuk hal ini, Jaspers berhati-hati dan menyatakan bahwa postulat ini bersifat sementara karena secara ilmiah asal-usul manusia belum terungkap secara tuntas. Sudah lebih dari 1000 tahun dan sudah banyak teori ilmiah dikemukakan oleh berbagai kelompok pemikir, tetapi belum menemukan titik terang. Meskipun dalam bukunya Jaspers membahas tentang “apakah manusia itu” (was ist der Mensch) dari berbagai segi, tetapi masalah “apakah manusia itu” masih menjadi persoalan terbuka:
Wir blicken in ein bewegtes Meer von gestalten in denen scharfe Grenzen nur vordergriindlich, nur scheinbar bestehen, fur einen Augenblick, nichtfiir immer und absolut. Wie es aber eigentlich mit der Herkunft und Bewegung des Menschen in der unermesslichen Vorgeschichte war, weiss niemand, und wird wobl niemals wissbar sein.
Terjemahannya:
Yang kita hadapi adalah gejolak lautan luas yang terdiri atas sosok-sosok, di mana batasan yang jelas hanya di permukaannya saja, hanya seolah-olah ada, bersifat sementara dan tidak mutlak. Bagaimana sebenarnya asal-usul manusia dan dinamikanya pada kurun waktu prasejarah yang rentang waktunya seakan tak terhingga, tidak ada orang yang tahu dan mungkin tidak akan bakal diketahui (Jaspers: 49).
Teori sejarah kebudayaan ini bermula dari zaman prasejarah, di mana pada periode ini manusia sudah sadar untuk membedakan dirinya dengan jenis makhluk lain, dengan memilih cara hidup yang tidak sepenuhnya bergantung pada keadaan alam. Hal ini dapat disimak dari tindakan manusia yang sudah mengandalkan akalnya dalam menghadapi berbagai masalah hidup. Berbeda misalnya dengan simpanse yang secara genetis paling mirip dengan manusia, tetapi selama ratusan ribu tahun lamanya simpanse tidak berkembang sama sekali. Tindakan manusia prasejarah dalam menghadapi situasi kehidupan sudah menunjukkan pola kognitif tertentu, misalnya dalam menghadapi ancaman bahaya. Dalam upayanya mengatasi rasa takut mereka membuat berbagai alat bantu, atau dalam situasi yang demikian, daya pikirnya tergugah untuk menemukan sesuatu yang dapat meningkatkan kemampuan bertahannya. Selain itu, terbentuk berbagai pola perilaku, misalnya dalam hubungan antarjenis kelamin yang menghasilkan berbagai“aturan main” yang kemudian disepakati bersama, sikap terhadap kelahiran bayi dan kematian, serta sikap terhadap ayah dan ibu. Sikap dan cara manusia prasejarah telah menunjukkan sisi kemanusiaan yang membedakan dirinya dengan makhluk lainnya.
Ciri utama periode awal sejarah manusia adalah:
  1. Dalam mengatasi tantangan hidupnya manusia mulai menggunakan api dan alat bantu (tongkat, kapak, kulit pohon atau kulit binatang untuk pakaian). Tanpa alat-alat bantu seperti di atas, makhluk hidup sulit untuk dapat dikategorikan sebagai manusia.
  2. Manusia mulai menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi verbal untuk menyampaikan pikirannya dan secara tetap menggunakan simbol suara yang memiliki arti tertentu dan berlaku pada kelompok tertentu pula. Deferensiasi simbol suara ini semakin berkembang yang kemudian menjadi bahasa.
  3. Yang utama pada periode ini adalah timbulnya “kesadaran” sebagai “manusia” bahwa ia berbeda dengan makhluk lainnya. Kelompok manusia menjadi kelompok “suku” yang kemudian berkembang menjadi kelompok suku yang lebih besar, dan akhirnya menjadi kelompok sosial yang terstruktur.
  4. Tumbuhnya kesadaran pada manusia untuk mengatur hidupnya dengan menetapkan nilai-nilai tertentu, dan membuat “tabu” atau larangan serta rambu-rambu buat dirinya sendiri untuk membatasi ruang geraknya merupakan ciri pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Dengan sadar manusia membuat berbagai batasan untuk dirinya sendiri demi nilai abstrak tertentu yang, atas dasar kesepakatan bersama, dianggap benar dan menjadi pegangan hidupnya.
Rentang periode prasejarah sangat panjang, mencapai 30.000 tahun, bila dibandingkan dengan periode sejarah yang telah mengenal adanya dokumen. Harus dipahami bahwa perpindahan tahapan budaya dari tahap prasejarah ke tahap berikutnya tidak terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Di berbagai belahan dunia (seperti di pedalaman Irian, Amerika Selatan, dan Afrika), periode prasejarah masih berlangsung sampai abad 20. Sementara itu, di belahan dunia lainnya, manusia sudah menuju pada tahap budaya selanjutnya.
Bersambung

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Teori Zaman Poros ke Zaman Kebudayaan Sains Teknologi 2"

Post a Comment