Teori Zaman Poros ke Zaman Kebudayaan Sains Teknologi part 5 Teknologi selalu bertumpu pada perhitungan yang berawal dari perkiraan spekulatif tentang kemungkinan yang paling baik. Berpikir secara teknologi berarti berpikir dalam konteks mekanisme, kuantifikasi dan relasi. Teknik adalah sebagian dari proses rasionalisasi (Gambar 1.2). Bahwa manusia menggunakan alat atau piranti untuk membantu meringankan hidupnya sudah terjadi sejak kehadiran manusia di dunia. Bertumpu pada hukum-hukum ilmu fisika, telah digunakan berbagai peralatan untuk melipatgandakan kecepatan, kekuatan, dan ketepatan energi fisik. Dengan penggunaan roda, layar, kincir, dan berbagai alat lain, manusia dapat memanipulasi sifat-sifat fisik elemen-elemen alam untuk keperluannya. Dengan demikian, teknik sudah ada semenjak sejarah ada. Berbagai prestasi teknologi sudah dicapai sejak lama. Dari penemuan bumerang sampai kapal, aquaduk, bangunan-bangunan monumental, pompa air atau alat pelempar batu (untuk perang) yang dapat melemparkan projektil seberat 20 kg sejauh 300 m. Teknik yang digunakan di atas masih dalam kerangka hukum mekanik dan fisik yang masih mudah dipahami, dan tidak menimbulkan akibat sosial dan perubahan tata nilai dalam masyarakat. Baru pada akhir abad 18, teknik mendapat dorongan sehingga perannya menjadi sangat dominan dalam tatanan sosial. Penemuan mesin uap (1776) dan kemudian elektro-motor (1867) membongkar tatanan sosial yang ada. Peran manusia tidak lagi otonom sebagai pereka cipta, tetapi manusia berubah menjadi faktor dalam proses teknologi. Prinsip-prinsip mekanik yang sejak zaman antik mendominasi teknik diganti dengan prinsip energetik uap air dan listrik yang dapat memproduksi energi yang berlipat ganda dan dapat dimanfaatkan untuk segala kebutuhan, baik ekonomi, militer, maupun ilmu pengetahuan. Dengan tercipta’nya dunia teknologi modern, muncul konstelasi sosial baru serta gejolak dan dinamika ekonomi yang akan berakibat jauh pada sejarah kebudayaan dunia. Menurut Jaspers, ada tiga faktor yang sangat erat kaitannya dengan timbulnya dunia teknologi modern ini, yaitu ilmu pengetahuan alam, semangat eksplorasi [Erfindungsgeist), dan organisasi kerja. Tiga faktor ini mempunyai kesamaan, yaitu memiliki sifat rasionalitas dan hubungan yang sangat erat. Salah satu faktor saja tidak ada, maka dunia teknologi modern tidak akan lahir. Ilmu pengetahuan alam, dalam proses penemuan ilmiahnya, sama sekali tidak memikirkan aspek penerapan teknologi. Ilmu berjalan sesuai fitrahnya, mencari jawaban dari rahasia alam dan mencari kebenaran ilmiah dari gejala-gejala alam. Setelah diolah melalui inovasi teknik, temuan ilmiah menjadi sesuatu yang aplikatif untuk kehidupan nyata. Semangat eksplorasi atau semangat untuk selalu ingin membuat temuan baru sudah ada sejak manusia hadir di dunia. Berbagai temuan kuno di Cina, seperti teknik cetak, porselen, lak, sutera, kertas, kompas, mesiu, juga temuan-temuan lainnya di dunia, betapapun hebatnya, kalau tidak ada nilai ekonomi dan aplikasi teknis selanjutnya, akan berjalan sendiri dan tidak memiliki dampak sosial. Organisasi kerja, hal ini sudah menyangkut masalah sosial politik. Dengan terbuka lebarnya segala kemungkinan karena intervensi teknologi dalam proses produksi, maka terdapat hubungan timbal balik antara manusia dengan mesin. Seperti telah diuraikan di atas, peran manusia berubah dari pencipta, pelaku aktif dalam proses produksi, menjadi salah satu mata rantai dalam proses produksi barang, jasa, dll. Hal ini membutuhkan tatanan baru yang memiliki cakupan sosiologis dan politis. Itulah tiga gejala yang sebelum era teknologi modern berjalan sendiri-sendiri, ketika ketiganya menyatu dan menjadi sinergi berubah menjadi faktor pendorong terjadinya abad teknologi atau abad dominasi teknik. Tesis Jaspers berkisar pada keyakinannya bahwa sejarah mempunyai awal dan tujuan. Dari proses sejarah yang diperkuat oleh temuan-temuan ilmiah lainnya, dapat diamati bahwa manusia berasal dari akar yang satu dan sama. Setelah melalui proses sejarah yang panjang akan menuju ke kebudayaan umat manusia yang satu dan sama pula. Buku Jaspers yang ditulis tahun 1955 telah mengisyaratkan bahwa penduniaan kebudayaan manusia didasari oleh budaya ilmu pengetahuan yang akan menyatukan umat manusia. Kembali pada tujuan pembahasan tulisan Jaspers ini, yaitu memaparkan asal- usul dan kedudukan desain modern dilihat dari kacamata sejarah kebudayaan nasional. Bila kita menyimak letak sejarah kebudayaan Indonesia dalam struktur sejarah kebudayaan dunia, akan jelas bahwa sampai pada periode ke-3, Zaman Poros Indonesia dengan budayanya berada dalam bayang-bayang pengaruh Hindu. Kemudian Islam tidak terlibat dengan lahirnya kebudayaan sains dan teknologi yang berkembang di Barat. Kebudayaan non-Barat, apakah Islam, Byzantinum, Hindu, atau Cina, baru bertemu dengan kebudayaan sains dan teknologi pada abad 18 dan 19, melalui pengalaman pahit kolonialisasi Eropa terhadap bangsa-bangsa Asia, Afrika dan penduduk asli Amerika. Keterlibatan sains dan teknologi dalam wacana budaya di Indonesia relatif masih sangat muda. Bila pendirian TH Bandung dapat dianggap sebagai awal pengembangan teknologi di Indonesia, maka baru sekitar tahun 1920-an kebudayaan Indonesia bersentuhan dengan sains dan teknologi. Bila pembangunan fisik industrialisasi dianggap sebagai awal keterlibatan teknologi dalam pembangunan di Indonesia, maka baru sekitar tahun 1960-an dapat dipakai sebagai patokan. Memang benar, Pemerintah kolonial Belanda telah mendirikan pabrik-pabrik mesin yang cukup besar di beberapa kota di Indonesia (Yogya, Surabaya, Jakarta), tetapi pabrik-pabrik mesin ini sifatnya masih lokal, sekadar sebagai pusat layanan untuk kebutuhan terbatas, terutama melayani pabrik gula dan berbagai agro- industri mereka.(1) Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa desain modern(2) berasal dari kerangka budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang lahir di Barat (Eropa) dan kemudian melalui proses, selama kira-kira 100 tahun, baru menyebar ke Asia dan kemudian Indonesia. – (1) Indonesia berkenalan dengan “simbol teknologi modern” pada tahun 1850, ketika sebuah pabrik gula di Probolinggo (Jawa Timur) menggunakan mesin uap (Ong Hok Ham, 2003) (2) Kata desain modern adalah penegasan dari pengertian desain yang terbatas, di mana pengertian desain hanya identik dengan kreativitas peraneangan produk tertentu saja. Kata modern dimaksudkan untuk pengertian desain yang lebih luas, di mana dalam prosesnya, dari gagasan sampai pada produk keluarannya, dilibatkan kaidah-kaidah saintifik dan teknolopik (Lihat Jaspers). Tweet Postingan terkait:
Belum ada tanggapan untuk "Teori Zaman Poros ke Zaman Kebudayaan Sains Teknologi part 5"
Post a Comment